Kehidupan Sehari-hari

Di seluruh Alkitab, kita dapat menemukan panduan untuk kehidupan sehari-hari. Contoh yang terkenal adalah Sepuluh Perintah Allah dalam Kitab Keluaran, di mana kita diperlihatkan bagaimana cara mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia-yang ditekankan kembali oleh Yesus dalam Perjanjian Baru (Matius 22:37-40). Hukum Tuhan menunjukkan kepada kita jalan yang harus diikuti dan jebakan yang harus dihindari, menuntun kita menuju keutuhan dan keseimbangan.

Selain itu, dengan menjadi seorang Kristen dan mengikut Tuhan, kita menjawab panggilan-Nya untuk menjadi penatalayan di bumi sampai Dia datang kembali. Hal ini juga termasuk menjaga diri kita sendiri, merawat pikiran dan tubuh kita yang pada gilirannya akan menyehatkan roh kita.

Pernyataan-pernyataan berikut ini menjelaskan apa yang dipercayai oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang apa artinya hidup setiap hari sebagai pengikut Kristus.

17. Karunia Rohani dan Pelayanan

Allah menganugerahkan kepada semua anggota gereja-Nya di setiap zaman karunia-karunia rohani yang harus digunakan oleh setiap anggota dalam pelayanan yang penuh kasih demi kebaikan bersama gereja dan umat manusia.

Diberikan oleh perantaraan Roh Kudus, yang membagikannya kepada setiap anggota sesuai kehendak-Nya, karunia-karunia ini menyediakan semua kemampuan dan pelayanan yang dibutuhkan oleh gereja untuk memenuhi fungsi-fungsi yang telah ditetapkan secara ilahi.

Menurut Alkitab, karunia-karunia ini mencakup pelayanan-pelayanan seperti iman, penyembuhan, nubuat, pemberitaan, pengajaran, administrasi, rekonsiliasi, belas kasihan, dan pelayanan yang mengorbankan diri serta kasih untuk menolong dan menguatkan orang lain.

Beberapa anggota dipanggil oleh Allah dan dikaruniai oleh Roh Kudus untuk fungsi-fungsi yang diakui oleh gereja dalam pelayanan pastoral, penginjilan, dan pengajaran yang secara khusus diperlukan untuk memperlengkapi anggota untuk pelayanan, untuk membangun gereja ke dalam kedewasaan rohani, dan untuk memupuk kesatuan iman dan pengenalan akan Allah.

Ketika para anggota menggunakan karunia-karunia rohani ini sebagai penatalayan yang setia dari berbagai anugerah Allah, gereja akan terlindung dari pengaruh doktrin palsu yang merusak, bertumbuh dalam pertumbuhan yang berasal dari Allah, dan dibangun dalam iman dan kasih. (Kisah Para Rasul 6:1-7; Roma 12:4-8; 1 Korintus 12:7-11, 27, 28; Efesus 4:8, 11-16; 1 Tim. 3:1-13; 1 Petrus 4:10, 11).

18. Karunia Nubuat

Salah satu karunia Roh Kudus ialah karunia bernubuat.

Karunia ini menjadi suatu tanda pengenal gereja yang sisa dan ditunjukkan dalam pelayanan Ellen G. White. Sebagai utusan Tuhan, tulisan-tulisannya merupakan sumber kebenaran yang terus-menerus dan berwenang yang memberikan penghiburan, bimbingan, nasihat, dan perbaikan kepada gereja.

Tulisan-tulisan tersebut juga menjelaskan bahwa Alkitab merupakan standar oleh mana semua pengajaran dan pengalaman harus diuji.

(Yoel 2:28, 29; Kisah 2:14-21; Ibr. 1:1-3; Why. 12:17; 19:10)

19 Hukum Allah

Prinsip-prinsip besar hukum Allah diwujudkan dalam Sepuluh Perintah dan ditunjukkan dalam kehidupan Kristus. Hukum-hukum itu menyatakan kasih, kehendak, dan maksud Allah perihal perilaku dan hubungan manusia dan mengikat semua orang di setiap zaman. Aturan ini merupakan dasar perjanjian Allah dengan umat-Nya dan standar penghakiman Allah.

Melalui agen Roh Kudus hukum itu menunjuk dosa dan menimbulkan suatu perasaan membutuhkan seorang Juruselamat. Keselamatan sepenuhnya berasal dari kasih karunia dan bukan oleh usaha, tetapi buahnya adalah penurutan kepada hukum-hukum Allah.

Penurutan ini memperkembang karakter Kristen dan menghasilkan suatu perasaan sejahtera. Itu merupakan bukti kasih kita kepada Tuhan dan kepedulian kita kepada sesama. Penurutan iman menunjukkan kuasa Kristus yang mengubahkan kehdupan, dan dengan demikian menguatkan kesaksian orang Kristen.

(Kel. 20:1-17; Maz. 40:7,8; Mat. 22:36-40; Ul. 28:1-14; Mat. 5:17-20; Ibr. 8:8-10; Yoh. 15:7-10; Ef. 2:8-10; 1 Yoh. 5:3; Rm. 8:3, 4; Mzm. 19:7-14).

20. Hari Sabat

Pencipta yang berkemurahan, setelah enam hari Penciptaan, berhenti pada hari ketujuh dan mendirikan Sabat untuk semua orang sebagai suatu peringatan Penciptaan.

Hukum keempat dari hukum Allah yang tidak terubahkan itu menuntut pengudusan Sabat hari ketujuh ilu sebagai suatu hari perhentian, perbaktian, dan pelayanan yang sesuai dengan ajaran dan kebiasaan Yesus, Tuhan atas hari Sabat. Sabat adalah suatu hari persekutuan yang sangat menyenangkan dengan Allah dan dengan sesama.

Itu merupakan suatu lambang penebusan kita di dalam Kristus, suatu lambang pengudusan kita, tanda kesetiaan kita, dan merupakan suatu pendahuluan terhadap masa depan kita yang kekal di dalam kerajaan Allah.

Sabat adalah tanda yang terus-menerus dari pejanjian kekal-Nya antara Dia dan umat-Nya. Dengan sukacita menguduskan hari yang suci ini dari petang hingga petang berikutnya, dan masuk matahari hingga masuk matahari, merupakan suatu perayaan dari perbuatan penciptaan dan penebusan Allah.

(Kej. 2:1-3; Kel. 20:8-11; Luk. 4:16; Yes. 56:5, 6; 58:13, 14; Mat. 12:1-12; Kel. 31:13-17; Yeh. 20:12, 20; Ul. 5:12-15; Ibr. 4:1-11; Im. 23:32; Markus 1:32).

21. Penatalayanan

Kita adalah penatalayan Allah, yang la percayakan dengan waktu dan kesempatan, kesanggupan dan harta milik, dan berkat-berkat dunia dan segala kekayaannya.

Kita bertanggung jawab kepada-Nya untuk penggunaan yang tepat akan berkat-berkat itu. Kita mengakui kepemilikan Allah oleh pelayanan yang setia kepada-Nya dan kepada sesama kita manusia, dan oleh mengembalikan persepuluhan dan memberikan persembahan untuk pengabaran lnjil-Nya dan menjadi sokongan dan pertumbuhan gereja-Nya.

Penatalayanan adalah suatu kesempatan istimewa yang diberikan oleh Allah bagi kita untuk memelihara kasih dan kemenangan atas cinta diri dan ketamakan. Penatalayan bersukacita dalam berkat-berkat yang datang kepada orang-orang lain sebagai hasil dari kesetiaannya.

(Kej. 1:26-28; 2:15; 1 Taw. 29:14; Hag. 1:3-11; Mal. 3:8-12; 1 Kor. 9:9-14; Mat. 23:23; 2 Kor. 8:1-15; Rm. 15:26, 27).

22. Perilaku Orang Kristen

Kita dipanggil untuk menjadi suatu umat saleh yang berpikir, merasa, dan bertindak, serasi dengan prinsip-prinsip surga.

Agar Roh menciptakan kembali di dalam diri kita karakter Tuhan kita, maka kita melibatkan diri kita hanya pada hal-hal yang akan menghasilkan kemurnian yang serupa dengan Kristus, kesehatan, dan sukacita di dalam hidup kita.

Ini berarti bahwa hiburan dan kesenangan kita harus sesuai dengan standar tertinggi dari selera dan keindahan Kristen. Sementara kita mengakui adanya perbedaan-perbedaan budaya, pakaian kita haruslah sederhana, sopan, dan rapi, merias orang yang memiliki kecantikan sejati tidaklah dengan menggunakan perhiasan-perhiasan lahiriah tetapi perhiasan yang tidak dapat binasa yaitu suatu roh lemah lembut dan tenang.

Itu juga berarti bahwa karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus, maka kita harus merawatnya dengan hati-hati. Selain dengan olahraga dan istirahat yang cukup, kita harus memakan makanan yang paling menyehatkan yang bisa diperoleh dan tidak memakan makanan yang haram yang dijelaskan dalam Alkitab.

Karena minuman keras beralkohol, tembakau, dan penggunaan obat bius dan narkotik yang tidak bertanggung jawab merusak tubuh kita, maka kita harus juga berpantang dari semuanya itu. Malahan, kita harus menggunakan segala sesuatu yang membawa pikiran dan tubuh kita ke dalam disiplin Kristus, yang menginginkan kita sehat, gembira, dan baik.

(Rm. 12:1, 2; 1 Yoh. 2:6; Ef. 5:1-21; Flp. 4:8; 2 Kor. 10:5; 6:14; 7:1; 1 Ptr. 3:1-4; 1 Kor. 6:19, 20; 10:31; Im. 11:1-47; 3 Yoh. 2).

23. Pernikahan dan Keluarga

Pernikahan didirikan oleh Tuhan di Eden dan diteguhkan oleh Yesus sebagai ikatan seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita dalam kebersamaan kasih.

Bagi seorang Kristen suatu janji pernikahan diucapkan kepada Allah dan juga kepada pasangannya, dan hanya dapat dilakukan oleh pasangan yang seiman. Saling mencintai, menghormati, menghargai, dan bertanggung jawab merupakan unsur dari hubungan khusus ini, yang memantulkan kasih, kesucian, keintiman, dan kelanggengan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya.

Mengenai perceraian, Yesus mengajarkan bahwa orang yang menceraikan pasangannya, kecuali karena zina, dan menikah dengan orang lain, berarti melakukan perzinaan. Walaupun beberapa hubungan keluarga mungkin tidak seperti yang diharapkan, pasangan nikah yang benar-benar saling menyerahkan diri satu sama lain dalam Kristus bisa saja mencapai suatu kesatuan yang mengasihi melalui tuntunan Roh dan bimbingan gereja.

Allah memberkati keluarga dan bermaksud bahwa anggota-anggotanya harus saling mendampingi satu sama lain menuju kedewasaan penuh. Orangtua harus mengajar anak-anak mereka untuk mengasihi dan menuruti Tuhan. Oleh teladan dan kata-kata, mereka harus mengajar anak-anak mereka bahwa Kristus itu pengasih yang berdisiplin, selalu lembut dan mempedulikan, yang ingin agar mereka menjadi anggota-anggota tubuh-Nya, yaitu keluarga Allah. Menjadikan keluarga lebih intim merupakan satu dari ciri-ciri Injil yang terakhir.

(Kej. 2:18-25; Mat. 19:3-9; Yoh. 2:1-11; 2 Kor. 6:14; Ef. 5:21-33; Mat. 5:31,32; Markus 10:11, 12; Luk. 16:18; 1 Kor. 7:10, 11; Kel. 20:12; Ef. 6:1-4; Ul. 6:5-9; Ams. 22:6; Mal. 4:5, 6).

donate-online