BAHAYA MENJADI SIBUK BAGI TUHAN | 10 HARI BERDOA – HARI 2

HARI 2 — BAHAYA MENJADI SIBUK BAGI TUHAN | 10 HARI BERDOA

“Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.” (Markus 6:30-32, TB).


Kesibukan dalam Pekerjaan untuk Tuhan
Kesibukan adalah raja di dunia kita. Masyarakat modern dan konsumerisme yang bertekanan tinggi telah menanamkan satu keyakinan dalam diri kita: semakin sibuk kita, semakin kita dihormati. Kesibukan menjadi indikator ketekunan dan keinginan kita untuk berbuat baik dan maju. Namun saat kita sibuk mencari nafkah, kita lupa menjalani dan menikmati hidup, dan ini tragis. Mungkin yang lebih tragis lagi adalah bahaya yang tidak kentara yang dialami oleh banyak pengikut Kristus yang berkomitmen: pola pikir yang sibuk dalam pekerjaan mereka untuk Tuhan. Kita sering melakukannya untuk alasan terbaik. Kita tahu bahwa waktunya singkat. Kita ingin mencapai hasil maksimal bagi-Nya. Oleh karena itu, kita berusaha untuk sibuk. Kita ingin menjadi pengelola yang baik atas waktu dan bakat kita. Senang rasanya menjadi sibuk bagi Tuhan, dan terkadang kita tergoda untuk berpikir bahwa Tuhan akan membalas kesibukan kita demi Dia, namun ternyata dalam kesibukan kita bagi Tuhan, kita telah kehilangan hubungan hidup dengan Penebus kita. Kita melakukan hal-hal baik karena kebiasaan, bukan karena kuasa Roh Kudus. Dan semakin sibuk kita, semakin kita menganggap diri kita sejalan dengan tujuan Tuhan. Kesibukan menjadi sebuah norma baru. Kita begitu sibuk mengagung-agungkan betapa sibuknya kita sehingga kita melewatkan momen-momen yang benar-benar penting dalam hidup. Kesibukan menghancurkan vitalitas rohani kita. Terburu-buru adalah musuh dari hubungan kasih apa pun, terutama hubungan kita dengan Allah yang hidup dalam Kitab Suci. Kasih menuntut perhatian pada waktu yang tidak tergesa-gesa.


Bersedia Melepaskan
Tidak mengherankan jika Allah dalam Kitab Suci berulang kali memanggil kita untuk diam, berhenti sejenak, dan mengamati apa yang akan Dia lakukan bagi umat-Nya (2 Taw. 20:17; Mazmur 37:7). Allah mendorong anak-anak-Nya untuk tidak terburu-buru. Dia tahu betapa cepatnya kita melupakan Dia ketikapikiran kita sibuk dengan kesibukan manusia. Salah satu wawasan terindah mengenai bahaya kesibukan yang terus-menerus bagi Allah ditemukan ketika Tuhan kita Yesus memberikan kebebasan dalam pelayanan-Nya untuk beristirahat. Ellen White dengan indahnya menangkap aspek penting dari pelayanan-Nya bersama murid-murid-Nya: “Mereka telah memasrahkan segenap jiwa mereka bekerja untuk orang banyak, dan inilah yang meletihkan tenaga tubuh dan pikiran mereka. Patutlah mereka beristirahat” (Kerinduan Segala Zaman, hal. 389). Kesibukan meremukkan kekuatan dan efektivitas rohani kita. Terburu-buru adalah musuh besar kasih kita kepada Tuhan. Daripada menambahkan lebih banyak hal ke dalam kalender kita, mari kita dengan. Diterbitkan oleh General Conference Ministerial Association Bacaan Harian oleh Dr. Frank Hasel sengaja mengurangi dan memberikan ruang untuk saat-saat teduh yang bermakna dan menyegarkan jiwa bersama Pencipta dan Juruselamat kita.

Mari kita berdoa bersama.

Other Sermons
donate-online