”Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:28, TB)
Pola Pikir Afirmatif
Ada pola pikir yang sangat penting bagi Allah. Di dalam Alkitab, kita berulang kali dianjurkan untuk melatih perilaku ini karena hal ini menyenangkan Allah dan merupakan berkat bagi kita. Sikap ini adalah rasa syukur. Kitab Ibrani mengatakan, “hendaklah kita mengucap terima kasih kepada Allah, karena kita menerima dari Dia suatu kerajaan yang tidak dapat bergoncang. Hendaklah kita berterima kasih dan beribadat kepada Allah dengan hormat dan takut, menurut cara yang diinginkan oleh-Nya sendiri.” (Ibr. 12:28, BMIK). Rasa syukur menyenangkan Allah dan berdampak positif pada kehidupan kita karena membantu kita fokus pada hal-hal positif. Seperti otot, otot akan menguat ketika Anda melatihnya dengan sengaja dengan mengakui berkah Anda.
Allah mengajak anak-anak-Nya menjadi orang yang bersyukur. Dalam 1 Tes. 5:18 (TB), rasul Paulus menulis, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Mengucap syukur berarti mengingat bahwa seseorang telah melakukan sesuatu yang baik untuk kita dan mengungkapkan rasa terima kasih itu dengan kata-kata yang bijaksana. Mengembangkan sikap syukur membuka mata kita terhadap keindahahan di alam secara terperinci dan orang lain. Rasa syukur memungkinkan kita mensyukuri berkat yang sederhana tanpa menuntut kesempurnaan. Hal ini penting karena, di sisi keabadian ini, kehidupan tidak akan pernah berjalan mulus sepenuhnya. Namun hidup tidak harus sempurna untuk dinikmati! Kecantikan bertemu dan menyapa kita dalam banyak cara. Semerbak sekuntum bunga, kemegahan langit berbintang di malam yang cerah, binar penuh kasih di mata sahabat—semuanya mengingatkan kita akan keindahan yang Allah sediakan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Pengalihan Perhatian Kita
Dengan mempraktikkan rasa syukur, kita mengalihkan perhatian kita dari hal-hal imajiner yang tidak kita miliki ke berkat nyata yang kita nikmati. Rasa syukur tumbuh dari kesadaran akan kemurahan hati Allah dan melibatkan rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi cara-cara spesifik Dia mengungkapkan kasih-Nya kepada kita. Rasa syukur seperti itu memperluas cakrawala hidup dan meningkatkan kemampuan kita untuk merasakan kesenangan dan kepuasan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rasa syukur tidak hanya meningkatkan kesejahteraan si pemberi
dan penerima, tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menyaksikannya. Menyaksikan dua orang
melakukan syukur dapat membuat orang yang melihatnya merasakan lebih banyak kehangatan dan
kedekatan terhadap mereka berdua, menurut artikel New York Times* baru-baru ini. Mengapa kita tidak
Diterbitkan oleh General Conference Ministerial Association
Bacaan Harian oleh Dr. Frank Hasel
mempraktikkan apa yang Allah perintahkan untuk kita lakukan: mengembangkan sikap bersyukur yang
akan mengubah pertemuan kita dengan orang-orang di sekitar kita menjadi lebih baik dan membuat
dunia menjadi lebih menyenangkan. Berterimakasih atas anugrah rasa syukur.
Mari kita berdoa bersama.