BERKAT DARI PENANTIAN | 10 HARI BERDOA – HARI 3

HARI 3 — BERKAT DARI PENANTIAN

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46:11, TB)

Kebijakan Alkitabiah tentang Memperlambat

Di zaman yang penuh dengan pergerakan dan polusi suara, tidak ada yang lebih penting daripada keheningan dan ketenangan. Dalam kehidupan modern kita yang sibuk, keadaan mendesak sehari-hari menuntut perhatian kita. Kita sudah terbiasa dengan mentalitas makanan cepat saji di mana kita mengharapkan segala sesuatunya secepat mungkin. Kita sudah lupa bagaimana menunggu dengan sabar, dan ketidaksabaran ini dapat mempengaruhi perjalanan rohani kita dengan dampak yang sangat buruk. Impuls visual dan gangguan akustik pada zaman yang sangat terhubung ini membuat kita semakin sulit untuk melambat dan menjadi tenang. Belajar untuk menunggu dalam ketenangan dan memfokuskan pikiran kita pada hal-hal Ilahi ketika kita berbicara dengan Allah mungkin tampak seperti praktik yang aneh bagi banyak orang saat ini, namun ini adalah kebajikan alkitabiah yang perlu dihidupkan kembali. Mengolah ruang tenang yang tidak dipenuhi dengan hal-hal mendesak lainnya dan menjaga waktu yang tidak terpakai sangat penting untuk terhubung denganTuhan. Untuk melambat, untuk duduk tenang, untuk bernapas, mengingatkan diri kita akan kasih sayang Allah, menunggu dengan sabar, dan tidak gugup jika Allah tidak segera menjawab doa kita—ini semua adalah seni yang perlu kita pelajari kembali.

Manfaat Menunggu

Di seluruh Kitab Suci, kita menjumpai umat Allah dalam sikap menunggu yang penuh perhatian. Para penulis Alkitab sering mengungkapkan penantian mereka dengan sebuah pertanyaan: “Berapa lama lagi, ya Tuhan?” (Hab. 1:2; Dan. 8:13). Tidak ada harapan tanpa penantian (Titus 2:13). Tidak ada ketekunan tanpa menunggu (Rm. 5:3,4). Tidak ada kesabaran tanpa menunggu (Wahyu 14:12). Tidak ada kerinduan tanpa penantian (Mazmur 42:1). Tidak ada kehidupan tanpa menunggu. Tidak ada sejarah manusia tanpa penantian. Menunggu adalah bagian dari keberadaan manusia. Sembari menunggu, sering kali kita fokus pada masalah yang tidak menyenangkan dan berharap masalah itu berlalu. Namun menunggu bukan berarti duduk pasif, tidak berbuat apa-apa, dan berharap situasi yang tidak menyenangkan akan hilang. Dari sudut pandang alkitabiah, tujuan utama dari menunggu adalah untuk menyingkapkan siapa saya dan menjadi siapa saya saat saya menunggu. Pengalaman menunggu menghadapkan saya pada sebuah keputusan rohani yang penting: Dalam ketidaksabaran dan keraguan saya, apakah saya mempertanyakan kebaikan dan kemahakuasaan Allah? Atau apakah saya menyadari bahwa dalam penantian saya, saya dihadapkan pada sebuah kesempatan unik yang akan membantu saya menjadi orang yang Allah kehendaki? Melalui pengalaman menunggu, saya bisa menjadi orang yang tidak akan pernah saya alami sebelumnya.

Mari kita berdoa bersama.

Other Sermons
donate-online